deklarator PKB

deklarator PKB

Minggu, 28 Maret 2010

Belum Terlambat Sebelum Kiamat

“ Warga NU Harus Pilih PKB “

Jika warga NU semuanya sadar untuk bersatu kembali ke rumahnya yang telah dibangun dengan susah payah, niscaya rumah tersebut menjadi rumah yang terbesar diantara rumah-rumah yang lain

Tetapi sangat disayangkan, sampai sekarang ini warga NU masih banyak berceceran tinggal di rumah-rumah orang lain. Jika warga NU tidak segera merapatkan barisan kembali ke rumahnya, maka sampai kapanpun NU selalu menjadi ma’mum.

Maka dengan kondisi seperti inilah saya terdorong untuk menyampaikan kepada warga NU khususnya dan ummat islam umumnya, sekelumit pemikiran dalam bentuk tulisan sesuai dengan keterbatasan saya untuk menjelaskan kewajiban sebagai warga NU dan warga-warga lainnya harus bagaimana dan harus kemana dalam menyalurkan aspirasi politik mereka.

Tulisan ini pernah saya sebarkan kepada kawan-kawan saya sesudah Pemilu 2004. Mereka memberi tanggapan positif tetapi disertai dengan penyesalan-penyesalan dalam bentuk pernyataan : “Saya menyayangkan sekali dengan tulisan ini, kenapa terlambat? Padahal kalau saja tulisan ini disebarkan sebelum Pemilu, maka sangat tepat.”

Maka semenjak itulah tulisan ini saya beri judul “BELUM TERLAMBAT SEBELUM KIAMAT”. Artinya masih banyak Pemilu-Pemilu yang akan datang.

PARTAI POLITIK DAPAT DIJADIKAN JEMBATAN UNTUK MENEGAKKAN SYIAR ISLAM

Mengapa warga NU tidak kompak untuk mendukung PKB ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada beberapa pendapat dari sebagian warga NU :

  1. Kekompakan warga NU untuk mendukung PKB itu tidak penting, yang sangat penting adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan uang, jabatan dan sebangsanya. Sehingga jika mereka di PKB akan mudah lompat pindah ke partai politik lain apabila tercopot dari jabatannya di PKB atau tidak terpilih dalam pencalonan kepengurusan di PKB.
  2. Partai politik itu ursan dunia bukan urusan agama. Oleh karena itu agama jangan dicampur adukkan dengan partai politik dan agama jangan sekali-kali dijadikan modal untuk kepentingan partai politik.
  3. Karena PKB tidak berasaskan Islam maka tidak perlu dipilih, yang perlu dipilih adalah partai politik yang berasaskan Islam.
  4. Ragu akan PKB. Benarkah PKB itu masih diakui sebagai partai politik yang dilahirkan oleh PBNU?? Karena PKB muncul ketika Gus Dur menjabat sebagai Ketua Umum PBNU, sedangkan sekarang sudah diganti oleh orang lain (pengurus baru)
  5. Anggapan bahwa berpartai politik itu bebas, tidak harus mendukung satu partai politik tertentu. Karena kita adalah Negara demokrasi, lagi pula surga itu tidak diperuntukkan hanya khusus untuk warga partai politik tertentu. Surga itu adalah tempat orang-orang yang taqwa, oleh karena itu silahkan pilih partai politik apa saja yang penting taqwa. Apalagi setelah NU khitthah, warga NU sangat-sangat bebas dalam berpolitik.

Untuk menanggapi pendapat-pendapat tersebut, penulis dengan kerendahan hati menjawab:

  1. Mari kita do’akan semoga mereka mendapat hidayah Allah SWT, sehingga mereka sadar dan mau merubah tujuannya yang semula hanya karena uang dan jabatan, menjadi tujuan yang tulus dan ikhlas semata-mata untuk berjuang menegakkan syi’ar agama Islam dengan melalui partai politik yaitu PKB. Karena hanya PKB-lah satu-satunya partai yang dilahirkan oleh NU untuk meraih kemenangan dalam Pemilu. Sehingga PKB dapat mewarnai system pemerintahan kita dengan lebih baik. Amiin.
  2. Memang berpartai politik itu urusan dunia, tetapi kalau tujuannya baik kenapa tidak jadi urusan akhirat? Simaklah sabda Nabi Muhammad SAW : “Berapa banyak perbuatan yang betuknya perbuatan dunia dengan niat yang baik menjadi perbuatan akhirat. Dan berapa banyak perbuatan yang bentuknya perbuatan akhirat kemudian menjadi perbuatan dunia sebab niat yang jelek”. Oleh karena itu, luruskan niat kita dengan niat yang baik sehingga setiap langkag dan gerakan kita dicatat sebagai amal shalih tidak sia-sia. Bahkan kemenangan agama dengan perjuangan melalui jalur partai politik akan besar manfaatnya dibandingkan kemenangan agama dengan melalui jalur lain, tetapi perlu diingat bahwa bahayanya akan jauh lebih besar jika kalah. Sejarah telah mengingatkan kepada kita dua Negara besar yaitu Rusia dan Spanyol. Islam pada waktu itu sangat maju dan pesat luar biasa sehingga bermunculan ulama-ulama besar disana seperti Imam Bukhari, Imam Muslim dan imam-imam lainnya dari Rusia. Sedangkan dari Spanyol yang dulu dikenal dengan nama Andalusia lahir Imam Ibnu Malik pengarang kitab Al-Fiyah dan ulama-ulama besar lainnya. Tetapi karena ummat Islam disana lengah dalam politiknya sehingga system pemerintahannya dapat direbut dan dikuasai oleh oaring-orang kafir, maka dalam kurun waktu relative singkat, ummat Islam dikikis habis dengan mudah. Semenjak itulah Rusia menjadi Negara komunis (Anti Tuhan/Atheis) dan Spanyol menjadi Negara Kristen sampai sekarang. Apakah anda rela Negara kita tercinta ini akan dijadikan korban seperti dua negara tersebut ???? Jika warga NU khususnya tidak segera merapatkan barisan, tetap; pada pendiriannya masing-masing dan tetap menjadikan uang dan jabatan sebagai tujuan utamanya, maka berarti rela untuk kehancuran Islam di Indonesia dan rela membiarkan generasi muda sebagai penerus bangsa menjadi korban narkoba yang merajalela yang sampai saat ini pemerintah belum mampu bertindak dengan tegas dan tuntas. Jadi, kalau masih terdengar ada kata-kata bahwa partai politik jangan dicapur adukkan dengan agama, lebih-lebih agama jangan dijadikan modal untuk kepentingan partai politik, perkataan seperti itu jelas keluar dari mulut orang-orang yang sengaja mau menghancurkan Islam. Karena partai politik yang sehat pasti diatur oleh agama, sehingga agama benar-benar menjadi dasar utama bagi partai politik tersebut. Sebaliknya partai politik, pejabat, pemuda, golongan dan Negara manapun jika lepas dari agama pasti akan terjadi hokum rimba, hokum sewenang-wenang, siapa yang paling kuat pasti akan menindas kepada yang lemah dan seterusnya. PBNU sengaja mendirikan PKB dengan asas Pancasila bukan dengan asas Islam, karena namanya partai politik itu akan di adu dengan partai politik lain sedangkan apa saja jika di adu pasti ada yang menang ada yang kalah. Sehingga apabila PKB kalah, maka yang kalah hanya PKB-nya saja, Islamnya tidak ikut kalah karena Islam tidak jadi asas PKB. Tetapi jika Islam dijadikan asas PKB, PKB-nya kalah maka Islamnyapun ikut kalah. Adapun seumpama PKB menang, bagi PBNU tidak sulit untuk mengganti asas PKB dengan asas Islam (jika dianggap perlu)
  3. Seluruh peraturan dan perundang-undangan yang sudah dibakukan dan mempunyai jaminan hukum sampai kapanpun akan tetap berlaku sekalipun kepengurusannya sudah digantikan oleh pengurus baru, terkecuali apabila terjadi kesepakatan dari organisasi NU melalui muktamar bahwa keputusan tersebut diamandemenkan. Selama PKB belum diamandemenkan, selama itu pula PKB menjadi partai politik yang sah. Adapun partai-partai Islam lainnya yang muncul dari warga NU, tidak disebut partai politik NU karena bukan dilahirkan dari organisasi NU,akan tetapi muncul dari pribadi-pribadi orang NU yang sengaja memperlebar pintu perpecahan dikalangan warga NU.
  4. Warga NU yang masih beranggapan bahwa warga NU bebas dalam berpartai politik dengan alasan kita hidup di negara demokrasi atau beralasan bahwa surga itu bukan milik sebuah partai akan tetapi surga adalah tempat orang-orang yang taqwa.
  5. Memang taqwa itu penting dan sangat penting, tetapi kekompakkan dan kebersatuan dalam mengikuti satu partai politik khususnya PKB sebagai wadah seluruh warga NU dalam menyampaikan aspirasinya untuk merebut kemenangan demi membela syi’ar aga Islam itu juga tidak kalah pentingnya. Karena kokoh dan majunya agama harus dengan kemenangan, dan kemenangan tidak akan tercapai tanpa dengan kekompakkan dan kebersatuan.

Jika masih ada warga NU yang tetap ngengkel dank eras kepala dalam pendiriannya bahwa berpartai politik itu bebas, maka sampai qiamat pun NU menjadi ma’mum. Danketahuilah bahwa orang-orang yang mempunyai pemahaman-pemahaman seperti itu adalah orang-orang yang telah dicekoki dengan sisa-sisa ajaran colonial Belanda (Van der Flash) agar ummat Islam jangan ikut campur dalam pemerintahan dan jangan menghimpun kekuatan dengan kekompakkan dan kebersatuan dalam satu partai politik. Van der Flash dan antek-anteknya menghendaki ummat Islam cukup diatur, ditindas dan bila perlu dibunuh.

Siapakah antek-antek dan anak cucu Van der Flash?? Orang-orang yang sudah dicekoki dengan ajarannya sebagaimana tersebut diatas dan merasa senang dengan banyak perpecahan dikalangan ummat Islam. Mereka sangat takut jika melihat ummat Islam/warga NU bersatu, mereka berusaha sekuat tenaga menggunakan segala macam cara melalui terobosan-terobosan keluar dan kedalam yang intinya ummat Islam/warga NU berantakan. Habis uang berapa milyarpun tidak masalah, kecil bagi mereka. Jika ummat Islam/warga NU tidak segera bangkit merapatkan barisannya, maka siap-siaplah, untuk selamanya menjadi maf’ul dan jangan berharap menjadi fa’il.

Pengertian demokrasi bagi bangsa dan negara bukan berarti bebas dalam melaksanakan segala aktifitas kehidupan, berbangsa, beragama dan bernegara tanpa batasan-batasan. Kebebasan itu selama tidak melanggar undang-undang, baik undang-undang negara atau Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Maka sangat-sangat keliru dan jelas-jelas salah jika orang mengartikan demokrasi itu dengan kebebasan yang sebebas-bebasnya, ada peraturan tidak ada peraturan, ada larangan tidak ada larangan tetap bebas karena kita mempunyai hak asasi. Pemikiran-pemikiran semacam ini sama dengan pemikiran-pemikiran Van der Flash. Yang demikian itu jelas tidak dikehendaki oleh pemerintah kita dan jelas bertentangan dengan ajaran agama.

Perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini :

“Apa-apa yang Aku larang kepadamu, maka jauhilah. Dan apa-apa yang Aku perintahkan kepadamu, maka kerjakanlah sekemampuan kamu” (HR. Bukhori Muslim)

Fahamilah firman Allah SWT, dibawah ini :

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan para pemimpin dari golongan kamu” (QS. An-Nisa : 59)

Tersebut dalam tafsir Al-Bahrul Muhith jilid 3 halaman 290 dan tafsir Al-Khoozin jilid 1 halaman 550-551, bahwa kalimat “Para Pemimpin” dalam firman Allah SWT tersebut diatas mencakup beberapa penafsiran, antara lain :

  1. Ahli Fiqh dan Ulama ; menurut Ibnu Abbas dan Jabir
  2. Pemerintah dan Penguasa ; menurut Abu Hurairah
  3. Raja ; menurut Ali bin Abi Thalib
  4. Pimpinan Perang ; menurut Ibnu Abbas dalam riwayat lain
  5. Abu Bakar dan Umar ; dimasa hidupnya
  6. Sahabat Muhajirin Anshor dan pengikutnya ; menurut Atha
  7. Pimpinan Organisasi Islam untuk membawa pengikutnya dalam kebaikan ; menurut Azzajjad
  8. Suami bagi Isterinya ; menurut pendapat Ulama
  9. Tuan bagi sahayanya
  10. Kedua Orang tua bagi anaknya
  11. Orang yang mendapat wasiat untuk mengurus anak yatim

Dengan beberapa penafsiran diatas, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa bagi bangsa yang bernegara wajib taat kepada pimpinan negaranya (2), dan bagi warga yang berorganisasi wajib taat kepada pemimpinnya (7).

Dan yang dimaksud wajib taat kepada “Ulil amri dari golongan kamu” adalah tergantung dari golongan (organisasi) manakah mereka itu.

Jika mereka merasa menjadi :

  • WARGA NU, maka wajib taat kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Sedangkan PBNU sudah mendirikan PKB, berarti seluruh warga NU WAJIB DAN FARDLU ‘AIN untuk mendukung PKB. Kalau tidak berarti KHIANAT.
  • WARGA MUHAMMADIYAH, maka wajib dan taat kepada Pengurus Pusat Muhammadiyah. Sedangkan Pengurus Pusat Muhammadiyah sudah mendirikan PAN, berarti seluruh warga Muhammadiyah WAJIB dan FARDLU ‘AIN untuk mendukung PAN. Kalau tidak berarti KHIANAT.
  • WARGA PERSIS, maka wajib taat kepada Pengurus Pusat Persis. Sedangkat Pengurus Pusat Persis sudah mendirikan PBB, berarti seluruh warga Persis WAJIB dan FARDLU ‘AIN untuk mendukung PBB. Kalau tidak berarti KHIANAT.

QS. An-Nisa ayat 59 tersebut berlaku untuk umum tidak pandang bulu, berlaku untuk kyai, ustadz,pejabat, tokoh masyarakat dan masyarakat pada umumnya selagi mereka masih mengakui dirinya sebagai warga NU atau warga Muhammadiyah atau Warga Persis, WAJIB dan FARDLU ‘AIN mendukung dan memilih partai politiknya masing-masing. Kalau tidak, mereka berarti KHIANAT. Sekalipun mereka adalah pengurus dari organisasi-organisasi tersebut (Jika tidak mendukung partainya berarti khianat).

Apalagi warga NU yang dengan sengaja mendirikan partai Islam lain yang ganya membingungkan ummat dan memperlebar pintu perpecahan dikalangan warga NU, maka patutlah mereka disebut “gembongnya khianat”. Demikian juga bagi warga Muhammadiyah dan warga Persis yang seperti itu, maka mereka pun sama (patut disebut “gembongnya khianat”).

Dengan pengertian ayat tersebut itu berlaku untuk umum, siapa saja, kapan saja, bahkan berandaikan bagaimanapun masuk dalam pengertian ayat tersebut, maka :

  1. Seandainya Hadratusy Syaikh Kyai Hasim Asy’ari sekarang hidup lagi dan beliau masih tetap merasa bahwa dirinya NU,kemudian tidak dukung PKB. Maka Kyai Hasim Asy’ari KHIANAT terhadap NU.
  2. Seandaninya malaikat Jibril turun ke bumi dan diberinya sifat-sifat manusia oleh Allah SWT sebagaimana malaikat Harut Marut dahulu, lalu malaikat Jibril sowan ke PBNU (KH. Hasyim Muzadi). Beliau berkata kepada Pak Kyai Hasyim : “Pak Kyai! Saya malaikat Jibril”, seketika itu Pak Kyai HAsim kaget dan bertanya kepadanyaAda perlu apa malaikat?”. Malaikat Jibril menjawab “Saya perlu menyampiakan pernyataan untuk menjadi warga NU”. Pak Kyai Hasyim dengan sangat bangga menerimanya. Eh… ternyata malaikat Jibril tidak dukung PKB, maka malaikat Jibril berarti KHIANAT terhadap NU.

Perbedaan antara NU, Muhammadiyah dan Persis, yaitu ;

  1. NU adalah organisasi kebangkitan para kyai dan ulama untuk melanjutkan perjuangan-perjuangan ulama-ulama terdahulu dan perjuangan Wali Songo dengan mengikuti faham Ahlussunnah wal jama’ah dalam pengamalan syari’at Islam dan menganggap bahwa pengamalan Tahlilan, Marhaba dan Ziarah Qubur termasuk perbuatan yang sangat baik.
  1. MUHAMMADIYAH dan PERSIS menganggap ketiga amalan yang diamalkan oleh NU adalah perbuatan sesat (bid’ah dlalalah) atau dengan kata lain kurang suka terhadap ketiga amalan yang diamalkan oleh warga NU.

PENGERTIAN KHITTAH

Banyak yang mengartikan khittah dengan pengertian bahwa warga NU bebas dalam berpartai dan NU tidak kemana-mana tapi ada dimana-mana. Kata-kata seperti itu sudah kesiangan.

Arti khittah yang sebenarnya yaitu : Keputusan muktamar tahun 1984 di Situbondo Jawa Timur, bahwa NU keluar dari partai politik praktisd, NU kembali sebagaimana NU 1926. setelah keluar dari partai politik dan belum sempat mendirikan partai politik utuk warganya, maka dengan sangat terpaksa warga NU berada dimana-mana, apakah ma uterus ngontrak di rumah orang lain? Sedangkan sekarang sudah punya rumah sendiri. Kalau NU membiarkan warganya kemana-mana, kenapa susah-susah membuat rumah?.

Dahulu ketika partai NU digabung dengan partai-partai politik Islam lainnya yaitu PPP (baca: partai gabungan), ulama NU mewajibkan kepada seluruh warga NU untuk memilih PPP. Kenapa sekarang setelah punya rumah sendiri, malahan lebih suka nebeng di rumah orang lain? Sungguh aneh dan ajaib.

Semoga kita semua senantiasa mendapatkan taueiq dan hidayah dai Allah SWT sehingga warga NU khususnya dan ummat Islam pada umumnya yang masih ada diluar segera merapatkan barisannya untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Mudah-mudahan kita mampu dan kuat dalam melaksanakan Pemilu dengan menyalurkan aspirasi kita yang murni, bukan aspirasi yang terombang-ambing oleh pengeboman-pengeboman uang dari oknum partai-partai tertentu dengan iming-iming lainnya untuk kepentingan sesaat, sehingga jngan terjadi mana diantara ledakan-ledakan bom yang paling dahsyat itulah yang menentukan aspirasi mereka.

Demikianlah kondisi mayoritas bangsa Indonesia p[ada umumnya,mereka belum mampu melaksanakan Pemilu dengan jernih.mereka sebatas mampu menerima uang, sehingga uanglah yang menetukan arah mereka.

Semoga kita menajdi warga yang mampu unruk melaksanakan kewajiban dan sanggup menentukan kesebuah partai politik pilihan dengan penuh keyakinan bahwa partai politik inilah yang WAJIB dan FARDLU ‘AIN didukung oleh kita, sehingga dalam keaqdaan bagaimanapun kita tidak akan bergeser setapakpun walau dari kanan kiri penuh dengan hembusan-hembusan angina topan yang sangat kencang. Amiin.

KESIMPULAN

Siapapun pengurus PKB dan bagaimanapun kondisi para pengurus PKB, Warga NU Wajib dan Fardlu ‘Ain Pilih PKB karena ulil amri warga NU adalah PBNU, sedangkan partai politik yang secara resmi di dirikan oleh PBNU adalah PKB.

Jika Warga NU tidak memilih PKB, berarti khianat kepada PBNU dan maksiat kepada Allah SWT.. Na’udzu billah…

PENULIS


K.H. USHFURI ANHSOR

Khodim Al-Ma’had Al-Ishlah

Desa Jatireja Kec. Compreng

Kabupaten Subang – Jawa Barat

Tempat Lahir : Subang

Tanggal Lahir : 4 Juli 1942

Pendidikan :

  • ND Buntet PesantrenPGA Buntet Pesantren (Pimpinan KH. Mustahdi Abbas)
  • Pesantren Lirboyo (Pimpinan Kyai. Mahrus Aly)
  • Pesantren di Blitar (Pimpinan KH. Ikhsan)

ditulis oleh PAC PKB COMPRENG

IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap

USHFURI ANSHOR

Tempat Lahir

Desa Salam Darma Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu

Tanggal Lahir

04 Juli 1942

Agama

Islam

Tempat Tinggal

Desa Jatireja Kecamatan Compreng Kabupaten Subang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar